Pengakuan atau klaim budaya
indonesia oleh bangsa lain bukan hanya terjadi satu kali. Tercatat ada lebih
dari 20 budaya indonesia yang di klaim oleh bangsa lain, angka yang menakjubkan
bukan? Tidak berhenti di situ, yang lebih fantastik adalah keanergaman budaya yang
di klaim. Tidak tanggung-tanggung pengeklamiannya yang terjadi, dari naskah
kuno sampai motif batik, dari alat musik angklung sampai tarian pendet, yang notabene adalah tarian kebanggaan masyarakat pulau Bali.
Pertanyaannya, Kenapa hal ini bisa terjadi ? Dan bagaimana mengatasi hal ini ?
Dilihat dari sumber nya ada 2
faktor yang membuat ini terjadi yaitu :
Faktor Internal
1.
Tidak adanya aturan yang jelas untuk mengatur
bagaimana jalanya perlindungan kebudayaan. Siapa yang bertanggung jawab dalam
hal ini, dan baimana carannya?
2.
Realitas membuktikan bahwa pemuda saat ini telah
banyak yang melupakan dan tidak acuh atas eksistensi budaya Indonesia. Apresasi
yang kurang untuk melestarikan budaya, malu mempelajari dan anggapan bahwa
budaya lokal itu kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik generasi tua saja.
3.
Kurangnya peran serta pemerintah untuk
melestarikan budaya indonesia.
4.
Rendahnya inisiatif pemerintah dan masyarakat
indonesia untuk mendaftrakan dan mematenkan budaya indonesia.
5.
Kurangnya sosialisasi budaya Indonesia dalam
media. Padalah peran media sangat besar dan efektif.
Faktor Eksternal
1.
Ada negara yang sedang krisis Identitas sehingga
mendorong untuk mengklaim atau mencuri budaya bangsa lain.
2.
Kuatnya Kapitalisme yang menguasai suatu negara yang
mendorong untuk mengklaim budaya bangsa lain, semata-mata untuk memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan menarik dan mendatangkan pengunjung
atau wisatawan.
3.
Globalisasi yang membuat budaya menyebar
kemana-mana, sehingga seakan-akan sangat kabur darimana asal usul budaya
tersebut.
4.
Kemajuan teknologi transportasi dan informasi, yang
mendorong informasi menyebar tanpa ada batasan tempat dan waktu.
5.
Penyebaran penduduk ke negara atau belahan bumi
lain yang juga membawa kebudayaan tempat asalnya.
Faktor-faktor
tersebut di atas tentunya harus kita sikapi dengan seksama. Perlu diketahui
bahwa penyebaran budaya adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan juga
telah terjadi berpuluh tahun yang lalu seiring perkembangan masyarakat. Namun,
dahulu proses penyebaran budaya sangat lambat, tidak seperti saat ini. Yang
mempercepat adalah kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi. Perkembangan
teknologi ini membuat penyebaran
informasi dan manusia terjadi sangat cepat sehingga itu juga mempercepat proses
penyebaran budaya.
Klaim budaya
sebetulnya tidak harus terjadi jika setiap negara selalu selalu menjaga dan
mengormati budaya lokalnya. Sebuah kebanggaan jika suatu negara mempunyai
kebudayaan yang luhur. Tapi bukan hanya sebuah kebanggaan karena bangsa yang
dihargai adalah bangsa yang memelihara kebudannya, bukan sebagai yang
menciptakan pertama kali.
Masalah utama
di balik klaim budaya, selain hal yang telah dijelaskan di atas adalah
kapitalisme. Kapitalisme membuat orang, bangsa lupa diri dan hanya mengingat
keuntungan dan uang yang dihasilkan. Kapitalime juga membutakan orang, bangsa
bahwa itu adalah budaya orang, budaya bangsa lain. Asalkan dalam jualan banyak
yang datang, banyak yang beli, pasti keuntungan juga segunung, tidak peduli
yang dijual adalah dagangan orang.
Untuk itu ada
beberapa hal yang dapat menjadi solusi antara lain :
1.
Menurut Prof Dr Sendyawati mantan Dirjen
Kebudayaan harus ada perlindungan budaya yang lebih jelas, maka pelu sebuah Undang-Undang
yang khusus untuk perlindungan karya budaya tradisional. Agar pelestarian
budaya bisa terlaksana secara berkesimbungan dan terintegral tanpa harus saling
tuding siapa yang seharusnya bertanggung jawab.
2.
Keaneragaman budaya Indonesia yang terdiri dari
ribuan etnis harus bisa dipatenkan agar tidak lagi dicuri oleh bangsa lain
untuk kepentingan keuntungan belaka. Ini menjadi prioritas sebagai pengakuan
budaya Indonesia secara internasional.
3.
Perlu adanya tindakan pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam upaya pelestarian budaya tradisional seperti pementasan
seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang
dilakukan secara berkesinambungan.
4.
Sosialisasi budaya lewat media massa secara
rutin untuk memperkenalkan budaya tradisional.
5.
Merevitalisasi partisipasi pemuda dalam bidang
kebudayaan. Menempatkan pemuda sebagai ujung tombak pelestarian budaya
Indonesia. Jika pemuda peduli dan giat mengembangkan budaya maka kebudayaan
suatu bangsa akan terus berkelanjutan dan meningkat seiring perkembangan zaman.
6.
Perlu adanya pendekatan kreatif dan akademik
dalam pelestarian budaya. Yaitu bagaimana mengenalkan budaya sedini mungkin
pada generasi muda secara creatif dan inovatif agar generasi muda tertarik
untuk mempelajar seni dan budaya tradisional dan mengikis anggapan bahwa seni
budaya tradisional adalah kuno. Juga meningkatkan asupan seni dan budaya tradisional
dalam pendidikan nasional.
7.
Menggalakan program cinta kebudayaan sendiri
bukan hanya hanya sekedar slogan. Contoh dengan membuat hari batik nasional.
8.
Pemerintah cepat dan tegas menanggulangi jika
terjadi pencurian atau klaim budaya indonesia oleh bangsa asing. Dan
kasus-kasus yang sudah terlanjur terjadi segera diselesaikan karena banyak
seniman-seniman yang takut berkarya karena takut karyanya di klaim oleh bangsa
lain.
9.
Penegak hukun harus tegas menindak para pembajak
yang terjadi di Indonesia, agar kita juga terbiasa juga untuk menghargai hak
intelektual orang lain. Jangan sampai ada anggapan “maling teriak maling”.
Beberapa problematika kebudayaan
antara lain :
- Hambatan budaya yang berkaian dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka secara umumnya miskin.
- Hambatan budaya yang bekaitan dengan persepsi atau sudut pandang hambatan budaya ini dapat terjadi antra masyarakat dam pelaksanaan pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
- Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terjena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.
- Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
- Sikap transionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru. Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
- Sikap Etnosentrisme
Sikap
etnosentrisme ialah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
Kebudayaan
yang berkembang dalam suatu wilayah sewperti Indonesia sebagai negara kepulauan
yang terdiri dari beberapa suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam.
Masing-masing kebudayaan ini dianggap sebagai satu ciri-ciri khas daerah lokal.
Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentris pada anggota masyarakat
dalam memandang kebudayaan orang lain. Sikap etnosentris dapat menimbulkan
kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap
kebudayaan lain.
- Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalhgunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan baru dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.
0 comments:
Post a Comment