Pemilik Media Di Indonesia
Berikut Data yang dipublish tahun 2012 oleh Merlyna Lim dalam Jurnal penelitianya berjudul The League of Thirteen, Media Concentration in Indonesia.
Media Nusantara Citra (MNC) Group (Hary
Tanoesoedibjo)
- 1. RCTI, Global TV, MNCTV (ex TPI)
- 2. Indovision, Sky Vision, SINDO tv network
- 3. Sindo Radio (Trijaya FM), Radio Dangdut, ARH Global Radio
- 4. Seputar Indonesia (Koran Sindo)
- 5. High End magz, Genie, Mom & Kiddie tabloids
- 6. okezone.com, seputar Indonesia.com, Sindonews.com 7. IT, content production and distributions, talent management, automobile
Mahaka Media
Group (Erick Tohir)
- 1. Jak TV, Alif TV
- 2. JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female, Gen FM
- 3. Republika, Harian Indonesia (in Mandarin) Parents Indonesia, A+, GolfDigest, Area, magazines
- 4. Republika Online,rileks.com,Rajakarcis.com, Entertainment, outdoor advertisement
- Kompas Gramedia Group (Jakob Oetama,Agung Adiprasetyo)
- 1. Kompas TV network
- 2. Sonora Radio network, Otomotion Radio, Motion FM, Eltira 3. FM Kompas, Jakarta Post,Warta Kota, + other 11 local papersIntisari + 43 magazines &tabloids, 5 book publishers Kompas Cyber Media, Hotels, public relation agencies, university & telecommunication tower (in plan)
Jawa Pos Group
(Dahlan Iskan)
- 1. JPMC network Fajar FM (Makassar)
- 2. Jawa Pos, Indo Pos
- 3. Rakyat Merdeka, Radar + others (total: 151)Mentari, Libertymagazines + 11 tabloids
- 4. Jawa Pos Digital Edition
- 5. Travel bureau, power plant
Media Bali
Post Group (KMB) (Satria Narada)
- 1. Bali TV network, Jogja TV,Semarang TV,Sriwijaya TV, +others (total: 9)
- 2. Global Kini Jani, GentaFM. Global FM,Lombok FM, Fajar FM,
- 3. Suara Besakih, Singaraja FM, Nagara FM
- 4. Bali Post, Bisnis Bali, Suluh Indonesia, Harian Denpost, & Suara NTB Tokoh, Lintang, & Wiyata Mandala tabloids
- 5. Bali Post, Bisnis Bali
Elang Mahkota
Teknologi (EMTEK) Group (Eddy Kusnadi Sariaatmadja)
- 1. SCTV
- 2. Indosiar, O’Channel,
- 3. ElShinta TV, Elshinta FM —Elshinta, Gaul, Story, Kort, Mamamia,Wireless broadband, pay‐TV, telecommunications, banking, IT solutions, production house
Lippo Group
(James Riady)
- 1. First Media, Berita Satu TV
- 2. Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan Investor, Globe Asia, &Campus Asia magazines Jakarta Globe Online Property, hospital, education, insurance
Bakrie &
Brothers (Visi Media Asia) (Anindya Bakrie)
- 1. antv, TVOne Channel [V] — — — VIVAnews
- 2. Telecommunications, property, metal, oil & gas, agribusiness, coal, physical infrastructure
Femina Group
(Pia Alisyahbana,Mirta Kartohadiprodjo)
- 1. U‐FM Jakarta & Bandung
- 2. Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda + others (total:15) FeminaGitaCinta, Ayahbunda,Gadis, Parenting Online Production house, event management, boutique, education, printing
Media Group
(Surya Paloh)
- 1. Metro TV
- 2. Media Indonesia,
- 3. Lampung Post, BorneoNews
- 4. Media Indonesia Online
Mugi Reka
Abadi (MRA) Group (Dian Muljani Soedarjo)
- 1. O’Channel
- 2. Cosmopolitan FM, Hard Rock FM, IRadio, Trax FM
- 3. Cosmopolitan, Cosmogirl, Fitness + others (total: 16) Holder of several international boutique brands
Trans Corpora
(Para Group) (Chairul Tanjung)
- 1. Trans TV
- 2. Trans 7
- 3. Detik Online,
- 4. Banking, venture capital, insurance, theme parks, resort, retail, cinem
Yang menjadi
catatan adalah, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. Sekarang sudah
tahun 2015, pasti akan perubahan dan perlu penelitian lanjutan. Meskipun
begitu, penelitian yang di lakukan oleh Merlyna Lim patut diapreseasi karena
memberikan sebuah landasan sudut pandang bagi masyarakat umum atau bahkan
pengambil kebijakan di negeri ini.
Konglomerasi Media adalah penggabungan-penggabungan perusahaan media menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam skala besar baik intergrasi vertikal, intergasi horisontal maupun kepemilikan silang. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang. Contoh dalam hal ini Trans7 dan Trans TV berada pada payung bisnis yang sama yakni Trans Corp yang dikuasai oleh Chairul Tanjung , Global TV, RCTI dan TPI bergabung dalam Group MNC dan bertindak selaku pemilik di Indonesia adalah hary Tanoesoedibyo, TV One dan ANTV bernaung di bawah bendera Bakrie Group dengan Boss utama Abu Rizal bakrie, SCTV yang sebahagian besar sahamnya dimiliki oleh Eddy Sariatmadja, dan yang terakhir Metro TV dengan Surya Paloh pemimpinnya yang termasyhur karena wajahnya sering ditampilkan oleh TV yang dimilikinya sendiri.Intinya adalah kepemilikan media pada hanya segelintir orang saja, membentuk sebuah gurita media karena satu orang menguasai berbagai media. Mungkin bagi kebanyakan orang nampaknya hal ini sah-sah saja, karena setiap orang pasti akan selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya. Tetapi ternyata konglomerasi mempunyai dampak yang luar biasa berbahaya bagi masyarakat, karena dapat membentuk opini tertentu yang tidak sehat, sterotipe pada suatu hal tertentu dan lain-lain.
Konglomerasi Media adalah penggabungan-penggabungan perusahaan media menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam skala besar baik intergrasi vertikal, intergasi horisontal maupun kepemilikan silang. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang. Contoh dalam hal ini Trans7 dan Trans TV berada pada payung bisnis yang sama yakni Trans Corp yang dikuasai oleh Chairul Tanjung , Global TV, RCTI dan TPI bergabung dalam Group MNC dan bertindak selaku pemilik di Indonesia adalah hary Tanoesoedibyo, TV One dan ANTV bernaung di bawah bendera Bakrie Group dengan Boss utama Abu Rizal bakrie, SCTV yang sebahagian besar sahamnya dimiliki oleh Eddy Sariatmadja, dan yang terakhir Metro TV dengan Surya Paloh pemimpinnya yang termasyhur karena wajahnya sering ditampilkan oleh TV yang dimilikinya sendiri.Intinya adalah kepemilikan media pada hanya segelintir orang saja, membentuk sebuah gurita media karena satu orang menguasai berbagai media. Mungkin bagi kebanyakan orang nampaknya hal ini sah-sah saja, karena setiap orang pasti akan selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya. Tetapi ternyata konglomerasi mempunyai dampak yang luar biasa berbahaya bagi masyarakat, karena dapat membentuk opini tertentu yang tidak sehat, sterotipe pada suatu hal tertentu dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment