Search This Blog

Monday, May 23, 2016

Pemilik Media Di Indonesia



Kenali Konglomerasi media
Kenali siapa yang menguasai media




Pasca lengsernya Soeharto pada tahun 1998, perkembangan demokratisasi di Indonesia menunjukkan trend positif dalam segala bidang, tidak terkecuali media massa. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar/majalah (media massa cetak) dan dan media online. Menurut data yang dirilis oleh Merlyna Lim, peneliti Indonesia yang tinggal di Amerika serikat pada tahun 2012, menyebutkan bahwa pada tahun 1998 sampai 2012 terhitung ada 1200 media cetak baru bermunculan dan lebih dari 900 radio komersil (lebih banyak berlokasi di Jakarta) serta 5 stasiun televisi baru.


Pertanyaannya adalah media yang banyak itu adalah punya siapa? Pertanyaan ini penting bagi kita untuk memberikan sebuah gambaran ke mana arah sebuah arus pemberitaan selama ini. Apakah berimbang ataukah cenderung berbaur dengan kepentingan bisnis atau bahkan sudah bercampur dengan oleh kepentingan politik?. Menurut Merlina Lim, dalam penelitiannya yang dipublish pada tahun 2012, media massa di Indonesia dikuasai oleh 13 Grup saja. Satu diantaranya dikuasai oleh Negara. Selebihnya milik konglomerasi (Gabungan Konglomerat). 12 grup ini telah menguasai dan mengontrol 100 % bisnis jasa (komersialiasi) pertelevisian di Tanah air. Mereka menguasai 5 dari 6 surat kabar dengan tiras/oplah terbesar. 4 Grup yang menguasai media online terpopuler. Juga radio yang dominan berada di Jakarta. Selain itu, mereka menguasai bisnis TV Digital (berbayar) dan bisnis lainnya seperti telekomunikasi, Teknologi Informasi dan layanan produksi, distribusi berbagai konten media marketing lainnya.
Perusahaan media (grup 13) ini, juga melebarkan sayapnya dalam di Industri Non-Media yang membuat mereka seperti gurita yang memiliki kontrol bisnis dan politik yang luas di Indonesia. Diantara grup ini, ada pemain lama seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos. mereka pernah menjadi sasaran politik orde baru waktu itu. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah beberapa media tersebut terkait secara langsung atau tidak langsung dengan Lingkaran politik. Sebut saja diantaranya Media Group pimpinan Surya Paloh (dahulu sebagai penasehat Partai Golkar dan sekarang menjadi Penasehat Partai Nasdem). Kemudian ada Bakrie & Brothers (TV One dan AN TV) milik Abu Rizal Bakrie (ketua Umum Partai Golkar).
Fakta lainnya, ada satu Grup, yang meskipun secara tidak langsung terkait dengan politik namun salah satu tokohnya, Theo L. Sambuaga, Tokoh Golkar memiliki jabatan penting sebagai Presiden di Grup Lippo. Perusahan milik James Riady ini juga ikut meramaikan bisnis Media di Indonesia.
Selain itu, pemain lainnya adalah Trans Corporation (Trans TV dan Trans 7) milik Chairul Tanjung yang dikenal dekat dengan penasehat partai Demokrat Susilo Bambang Yudoyono. Meskipun kita tahu, CT (panggilan Chairul Tanjung) tidak berafiliasi langsung dengan partai Politik tertentu). Sosok lainnya, Hary Tanoesoedibyo pemilik MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV) sekarang membuat kendaraan politik sendiri yang bernama Partai Perindo. Sebelumnya, Hary bergabung dengan Partai Hanura, partai yang didirikan oleh Wiranto. Yang menarik adalah Grup Tempo (Majalah dan surat Kabar) yang didirikan oleh Gunawan Muhammad. Tempo, adalah satu-satunya media Non Konglomerasi yang mampu bertahan dalam persaingan ketat dalam bisnis media mainstream di Indonesia. Tempo juga sejauh ini independent dalam politik.
Dengan kondisi yang digambarkan di atas, masyarakat Indonesia akan dihadapkan kenyataan pada kualitas pemberitaan yang diekspos oleh hanya beberapa atau segelintir pemilik modal dan yang beberapa diantaranya memiliki latar belakang politik. Benturan kepentingan bisa saja terjadi. Dalam ilmu komunikasi massa, salah satu hambatan dalam komunikasi massa adalah adanya interest (kepentingan). Hambatan ini bisa mengakibatkan Masyarakat sebagai komunikan tidak memperoleh kualitas informasi yang utuh dan memadai. Kondisi seperti ini juga memunculkan Konglomerasi Media dan membuat masyarakat hanya menerima beriya yang homogen dan terjebak dalam hiperrealitas media.

Bagaimana peta Media Online di Indonesia? Internet sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah web. Website kini menjadi sumber informasi terbesar yang menjadi rujukan sebagian besar masyarakat dewasa ini. Website banyak dimiliki oleh orang per orang, berbeda dengan media massa lainnya. kepemilikannya tidak terkonsentrasi pada satu grup semata, tapi merata. Meskipun begitu, ada beberapa website berita yang dikuasai oleh Grup 13 tadi. Fakta menarik, Kaskus (forum komunitas Indonesia) masuk 6 besar dari 10 website yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Selain Facebook dan Google. Detik masih menjadi pilihan utama akses informasi masyakat Indonesia. Kemudian berturut-turut di bawahnya kompas.com, vivanews.com, okenews.com dan lintas berita.com. Blog sudah menjadi penyeimbang informasi dari media mainstream meskipun belum signifikan, Blog yang sudah punya nama antara lain Ndorokakung.com, Akhdian.com, Isnuansa.com,Bloggombal.com, Jimnysun.com, nazieb.com dan radityaadika.com.

Berikut Data yang dipublish tahun 2012 oleh Merlyna Lim dalam Jurnal penelitianya berjudul The League of Thirteen, Media Concentration in Indonesia.

Media Nusantara Citra (MNC) 
Group (Hary Tanoesoedibjo)


  1.          RCTI, Global TV, MNCTV (ex TPI)
  2.          Indovision, Sky Vision, SINDO tv network
  3.          Sindo Radio (Trijaya FM), Radio Dangdut, ARH Global Radio
  4.          Seputar Indonesia (Koran Sindo)
  5.          High End magz, Genie, Mom & Kiddie tabloids
  6.          okezone.com, seputar Indonesia.com, Sindonews.com
  7.           IT, content production and distributions, talent management, automobile


Mahaka Media Group 
(Erick Tohir)
1.      Jak TV, Alif TV
2.      JakFM, Prambors FM, Delta FM, Female, Gen FM
3.   Republika, Harian Indonesia (in Mandarin) Parents Indonesia, A+, GolfDigest, Area, magazines
4.      Republika Online,rileks.com,Rajakarcis.com, Entertainment, outdoor advertisement

 

Kompas Gramedia Group (Jakob Oetama,Agung Adiprasetyo)


  1. Kompas TV network
  2. Sonora Radio network, Otomotion Radio, Motion FM, Eltira
  3.  FM Kompas, 
  4. Jakarta Post,
  5. Warta Kota, 
  6. + other 11 local papersIntisari + 43 magazines &tabloids, 5 book publishers Kompas Cyber Media, Hotels, public relation agencies, university & telecommunication tower (in plan)

Jawa Pos Group (Dahlan Iskan)
1.      JPMC network Fajar FM (Makassar)
2.      Jawa Pos, Indo Pos
3.      Rakyat Merdeka, Radar + others (total: 151)Mentari, Libertymagazines + 11 tabloids
4.      Jawa Pos Digital Edition
5.      Travel bureau, power plant

Media Bali Post Group (KMB) (Satria Narada)


  1.          Bali TV network, Jogja TV,Semarang TV,Sriwijaya TV, +others (total: 9)
  2.          Global Kini Jani, GentaFM. Global FM,Lombok FM, Fajar FM,
  3.          Suara Besakih, Singaraja FM, Nagara FM
  4.         Bali Post, Bisnis Bali, Suluh Indonesia, Harian Denpost, & Suara NTB Tokoh, Lintang, & Wiyata      Mandala tabloids
  5.          Bali Post, Bisnis Bali

Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group (Eddy Kusnadi Sariaatmadja)


  1.         SCTV
  2.         Indosiar, O’Channel,
  3.        ElShinta TV, 
  4.   Elshinta FM —Elshinta, Gaul, Story, Kort, Mamamia,Wireless broadband, pay‐TV, telecommunications, banking, IT solutions, production house


      Lippo Group (James Riady)


  1.         First Media, Berita Satu TV
  2.       Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan Investor, Globe Asia, &Campus Asia magazines Jakarta Globe Online Property, hospital, education, insurance

    Bakrie & Brothers (Visi Media Asia) (Anindya Bakrie)


  1.         antv, TVOne Channel [V] — — — VIVAnews
  2.         Telecommunications, property, metal, oil & gas, agribusiness, coal, physical infrastructure

Femina Group (Pia Alisyahbana,Mirta Kartohadiprodjo)
1.      U‐FM Jakarta & Bandung
2.      Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda + others (total:15) FeminaGitaCinta, Ayahbunda,Gadis, Parenting Online Production house, event management, boutique, education, printing


Media Group (Surya Paloh)


  1.           Metro TV
  2.          Media Indonesia,
  3.         Lampung Post, BorneoNews
  4.         Media Indonesia Online

Mugi Reka Abadi (MRA) Group (Dian Muljani Soedarjo)


  1.         O’Channel
  2.         Cosmopolitan FM, Hard Rock FM, IRadio, Trax FM
  3.        Cosmopolitan, Cosmogirl, Fitness + others (total: 16) Holder of several international boutique brands

Trans Corpora (Para Group) (Chairul Tanjung)


  1.          Trans TV
  2.         Trans 7
  3.          Detik Online,
  4.          Banking, venture capital, insurance, theme parks, resort, retail, cinema

Yang menjadi catatan adalah, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012. Sekarang sudah tahun 2015, pasti akan perubahan dan perlu penelitian lanjutan. Meskipun begitu, penelitian yang di lakukan oleh Merlyna Lim patut diapreseasi karena memberikan sebuah landasan sudut pandang bagi masyarakat umum atau bahkan pengambil kebijakan di negeri ini.
Silakan jika ingin melihat penelitian beliau 


Klik Sumber Penelitian tahun 2012 





7 comments:

Luar biasa bisnis media kita sekarang😕

wah wah media banyak hanya segelintir yg punya . sial kita dijajah dengan cara modern

mengerikan ya... tahu kan arah media dan politik... kurangi nonton TV ya

Minta ijin share .. Boleh gk admin?

kapan artikel ini di publish

Post a Comment