Search This Blog

Wednesday, May 28, 2014

black campaign Jokowi - Prabowo

Kampanye Hitam Jokowi-Prabowo: Bukti Bangsa Sakit


Capres 2014/Kompasiana (kompas.com)
Capres 2014/Kompasiana (kompas.com)
Menyedihkan. Menyesakkan. Busuknya kampanye pilpres dua pasangan Jokowi dan Prabowo adalah gambaran hitamnya jiwa dan sakitnya bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kampanye hitam yang menjurus pembunuhan karakter jelas menyedihkan. Kini, kampanye berbau SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) sudah masuk ke tempat-tempat ibadah. Ini sungguh memrihatinkan. Kenapa kampanye hitam marak dan tak terkendali dan efektifkah kampanye hitam bagi Jokowi dan Prabowo?
Sesungguhnya keprihatinan melihat kampanye pilpres dimulai dengan ‘percobaan’ kampanye hitam salah satu capres oleh Tim kreativitas perang cyber - seperti model PKS Piyungan dan Voa Islam - yang secara gencar memroduksi bahan berita kampanye hitam.
Maraknya kampanye hitam dimulai dengan “boneka”, “batutulis”, ke “penculik” sebagai awal aksi dan reaksi kampanye di Pileg. Serangan Prabowo dilawan oleh Jokowi. Reaksi balik yang menyudutkan Prabowo tak menghentikan kreativitas Noudhy Valdryno dan Fadli Zon dalam berkreasi menyusun kampanye hitam melalui media sosial. Maka lahirlah aneka kampanye yang semakin mengarah pada ajakan menjerumuskan bangsa ke pertentangan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
Pemerintahan SBY yang telah mengajarkan menghargai perbedaan etnis - dengan mengenalkan pemakaian kata Tionghoa dan Tiongkok untuk menyebut etnis yang zaman Soeharto disebut China - diganggu oleh maraknya kampanye anti Tionghoa.
Padahal sesungguhnya jika kita sedikit mau membaca sejarah asal manusia yang tinggal di Nusantara atau Indonesia, kita akan tercenung bahwa kita semua, dari Aceh sampai Papua, berasal dari Yunan di Tiongkok bagian selatan. Diaspora manusia Tiongkok menyebar dari Yunan, ke Myanmar, ke Vietnam, ke Kamboja, ke Thailand, ke Malaysia, ke Indonesia, ke Filipina, ke Taiwan. Itulah sebabnya bangsa yang tinggal di ASEAN memiliki kesamaan fisik - dengan akar bahasa Proto-Hmong-Mien yang memiliki kesamanan dengan bahasa Mandarin Kuno sebagai pengenal identitas kesamaan mereka.
Dari asal bangsa Indonesia yang dari Yunan itu belakangan banyak suku bangsa lain datang dan bercampur - yang menunjukkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang toleran - dengan pernikahan dan bukan pernikahan. Bangsa Arab, India, Eropa, dan Afrika datang secara bergelombang mendiami tanah air. Percampuran itu menghasilkan berbagai macam warna kulit dan bentuk muka yang beraneka warna dan bentuk serta perawakan. Dan tak satu pun bisa meng-klaim sebagai bangsa asli Indonesia atau Nusantara. Kita semua berasal dari keturunan Yunan dan campuran berbagai bangsa di dunia.
Perihal agama pun, semua agama resmi yang diakui di Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu) tak ada satu pun yang merupakan agama asli Indonesia. Agama yang dianggap asli Indonesia adalah animism dan dinamisme yang membangun menhir, bangunan besar terbuat dari batu yang sudah ada sejak lebih dari 10,000 tahun lalu. Mereka tersebar di seluruh Indonesia.
Dan temuan bangunan megalitikum di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa, Flores, Maluku membuktikan merekalah yang lebih asli dan lebih Nusantara. Islam berasal dari Arab. Hindu dan Buddha dari India. Katolik dan Kristen dari Eropa/Timur Tengah. Konghucu berasal dari Tiongkok. Tak ada agama asli Indonesia yang diakui oleh negara. Dengan demikian, agama apapun yang dianut oleh orang Indonesia saat ini, yang tercantum di KTP setiap penduduk adalah agama impor, agama dari luar Indonesia - sama dengan asal kita dari luar, dari Yunan di Tiongkok bagian selatan.
Jadi, kampanye yang menjurus ke SARA, adalah kampanye kerdil yang tak memahami asal-usul dan digunakan untuk menciderai diri sendiri. Kampanye berbau SARA adalah kampanye untuk menjauhkan kesamaan asal-usul demi kepentingan politik sesaat. Kampanye berbau SARA semakin menunjukkan bahwa kita semua adalah bangsa yang sakit. Kita tega menyakiti diri sendiri untuk memupuk dan merebut kekuasaan - yang nota bene adalah sesama manusia dari satu bangsa, yang sama-sama bersatu dan sama-sama terasing di negeri baru bernama Indonesia.
Dan kampanye hitam di Indonesia menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang sakit yang keluar dari santun politik yang sebenarnya menjadi ciri bangsa Indonesia. Santun politik itu hilang karena para pemimpin politik tidak bermoral. Para pemimpin politik menunjukkan laku politik seperti pelacur yang hanya akan suka dengan kekuasaan (uang). Para pemimpin politik menginjak-injak tata-krama demi kekuasaan. Para pemimpin politik adalah wajah sakitnya bangsa Indonesia.
Dan mereka mengajak rakyat banyak untuk mengambil istibat, contoh, teladan dari mereka dengan meminta rakyat mendukung para penguasa dan pemimpin politik yang hanya menghamba pada kepentingan diri sendiri dan golongan, bukan kepada kepentingan rakyat. Jika memang untuk kepentingan rakyat, maka rakyat tak perlu diajak menjadi seperti para politikus yang rakus kekuasaan yang jauh dari cita-cita kemakmuran bersama.
Kini saatnya rakyat sadar bahwa kita tengah dipecah-belah oleh kepentingan sempit kampanye pilpres. Kita tengah dikoyak-koyak oleh kampanye hitam yang mengajak disintegrasi suku, bangas, agama, dan ras yang semestinya dijaga dan dihormati oleh semua pemangku kepentingan: rakyat, kita semua.
Akankah kampanye hitam efektif? Jawabnya tidak. Jokowi dan Prabowo harus menghentikan timses masing-masing untuk berhenti memroduksi materi kampanye berbau SARA. Pelajaran dari PKS yang menyebarkan kebencian dengan PKS Piyungan telah memakan PKS menjadi partai kerdil. Jadi kampanye hitam oleh siapapun akan tidak efektif dan justru akan berbalik menghantam penyebar kampanye hitam. Rakyat juga tidak bodoh-bodoh amat.
Bahkan pemakaian kampanye SARA akan menjauhkan floating mass alias massa mengambang yang bukan kader partai yang berjumlah 46% pemilih (asumsi 34% kelompok golput dan 10% belum menentukan pilihan) akan memilih pasangan yang lebih banyak diserang dengan kampanye hitam. Efektifitas kampanye hitam hanya akan memerkuat kelompok sendiri yang militan namun akan menjauhkan dari para pemilih rasional dan ideologis.
Naruni akan menghukum siapapun yang menyebarkan kampanye merusak kohesi kenegaraan dan kebersamaan persatuan Indonesia. Kampanye hitam juga menjadi bukti sakitnya demokrasi Indonesia dan sakitnya bangsa Indonesia.
Salam bahagia ala saya.
http://polhukam.kompasiana.com/politik/2014/05/26/kampanye-hitam-jokowi-prabowo-bukti-bangsa-sakit-657973.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kanawp
Pesan Kampanye
Pesan dari kampanye adalah penonjolan ide bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan pemilih. Pesan sering terdiri dari beberapa poin berbicara tentang isu-isu kebijakan. Poin2 ini akan dirangkum dari ide utama dari kampanye dan sering diulang untuk menciptakan kesan abadi kepada pemilih. Dalam banyak pemilihan, para kandidat partai politik akan selalu mencoba untuk membuat para kandidat atau calon lain menjadi "tanpa pesan" berkaitan dengan kebijakannya atau berusaha untuk pengalihan pada pembicaraan yang tidak berkaitan dengan poin kebijakan atau program. Sebagian besar strategis kampanye menjatuhkan kandidat atau calon lain yang lebih memilih untuk menyimpan pesan secara luas dalam rangka untuk menarik pemilih yang paling potensial. Sebuah pesan yang terlalu sempit akan dapat mengasingkan para kandidat atau calon dengan para pemilihnya atau dengan memperlambat dengan penjelasan rinci programnya. Misalnya, dalam Pemilu 2008 dari pihak John McCain awalnya mempergunakan pesan yang berfokus pada patriotisme dan pengalaman politik; pesan itu kemudian ditangkap dan diubah menjadi perhatian beralih ke peran sebagai "maverick" di dalam pendirian politiknya sedangkan Barack Obama tetap pada konsistensi, pesan yang sederhana yang "mengubah" seluruh kampanye itu. [1]
Dalam tekhnik kampanye politik kemenangan kandidat atau calon yang dilakukan di dalam jajak pendapatkan hanya dipergunakan sebagai agenda politik di kantor staf pemenangan kandidat atau calon . [2]
 Kampanye Hitam 
Penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik. komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain secara efisien karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.

*Menghela Nafas Sejenak
Suatu kegagalan jika "Saya terpaksa milih A karena tidak menyukai B"
Tentu saja menjadi menarik untuk dibahas, karena fenomena ini telah masuk hampir ke sendi di masyarakat. bahkan ketika kita mampir di warung kopi atau angkringan kita kan menjumpai orang yang sedang menggebu-gebu membicarkan jokowi dan prabowo. "ngrasani atau ngegosip" sudah tidak lagi ke ibu tetangga atau anaknya bapak A" tetapi sudah masuk ke  pilpres yang akan di selenggarakan. yang menjadi topik pembicaraan tentu saja kejelekan satu dan kejelekan yang lain dari setiap caleg. 
Pertayaannya adalah Apa ini tujuan dari team kampannye ? 
kalo iya memang bangsa kita telah tersesat. 
kampanye seharusnya menjadi ajang untuk mensosialisasiakan ide dari kadidat, mensosialiasasikan apa yang akan menjadi buah pemikiran kepada masyarakat, sehingga masyarakat akan mendukung (melilih) kadidat, yang harapannya ketika kadidat ini terpilih rakyak akan senang hati akan membantu mewujudkan ide atau gagasan tersebut. 
Suatu kegagalan jika "Saya terpaksa milih A karena tidak menyukai B"
Harusnya rakyak disuguhi dengan ide-ide, gagasan-gagasan yang membuat rakyat mempunyai banyak pilihan. Memilih mana yang terbaik, atau memilih terbaik dari yang terbaik. 

Oke ayo menjadi pemilih yang rasional, dan tetap gunakan hati Nurani

0 comments:

Post a Comment