This is default featured post 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured post 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Wednesday, November 21, 2018
Konglomerasi Media Jurnalisme adalah Taruhannya
Konglomerasi Media Bisnis yang Makin Terkonvergensi ke Digital
Konglomerasi media Konglomerat lewat Jalur Media Cetak
Konglomerat lewat Jalur Media Cetak
Konglomerasi Media di Indonesia lewat Stasiun Televisi
Konglomerat Media Di Indonesia
8 Konglomerat Media di Indonesia via Jalur Media TV & Cetak
Tuesday, March 13, 2018
Dukungan Media Kepada Partai Politik
 Konglomerasi media akan
sangat berbahaya, jika telah berbaur dengan dunia politik. Di indonesia saat
ini bahaya itu sedang mengancam, dengan saling dukung dan saling pukul antara
pemilik media, karena menjadi aktor di belakang layar tahun politik 2018-2019. Masyarakat harus tahu bagaimana media tidak selalu menginformasikan
berita yang berimbang. Aneka kepentingan di dalamnya kadang membuat berita yang
seharusnya berisi fakta menjadi berita yang hanya opini belaka. Masyarakat
harus jeli dan jangan sampai tertipu. Masih adanya proses agenda
setting dan framing yang dilakukan oleh media yang disesuaikan dengan kepentingan
pemilknya. Kebenaran yang tidak didapatkan masyarakat tersebut dapat
menyebabkan masyarakat terhegemoni dengan menerima kebenaran versi media massa.
Konglomerasi media akan
sangat berbahaya, jika telah berbaur dengan dunia politik. Di indonesia saat
ini bahaya itu sedang mengancam, dengan saling dukung dan saling pukul antara
pemilik media, karena menjadi aktor di belakang layar tahun politik 2018-2019. Masyarakat harus tahu bagaimana media tidak selalu menginformasikan
berita yang berimbang. Aneka kepentingan di dalamnya kadang membuat berita yang
seharusnya berisi fakta menjadi berita yang hanya opini belaka. Masyarakat
harus jeli dan jangan sampai tertipu. Masih adanya proses agenda
setting dan framing yang dilakukan oleh media yang disesuaikan dengan kepentingan
pemilknya. Kebenaran yang tidak didapatkan masyarakat tersebut dapat
menyebabkan masyarakat terhegemoni dengan menerima kebenaran versi media massa.- Kedekatan Chaerul Tanjung dengan megawati mengindikasikan gerbong yang dibekangnya Trans7, Trans TV dan detik.com berada pada payung bisnis yang sama yakni Trans Corp Mendukung PDIP
- Pernyataan Hary Tanoesoedibyo yang dukung Prabowo, memastikan Global TV, RCTI, TPI bergabung dalam Group MNC, Sindo TV, MNC TV, Koran Sindo, Trust, MNC Radio pasti dukung Perindo
- Abu Rizal bakrie juga dukung prabowo, TV One dan ANTV bernaung di bawah bendera Bakrie Group pasti dukung Golongan Karya
- SCTV dan Indosiar yang sebahagian besar sahamnya dimiliki oleh Eddy Sariatmadja ini dukung siapa ya ? abu-abu
- Metro TV dan media Indonesia dengan bergabungnya Surya Paloh (nasdem ke PDIP) Jelas akan dukung jelas NAsdem dan PDIP
- Kemudian ada Kelompok Jawa Pos, pemiliki koran Jawa Pos dan Rakyat Merdeka. Jaringannya di daerah-daerah juga cukup kuat, dengan merek Radar. Kelompok media ini didirikan dan dimiliki oleh PT Grafiti Pers, yang juga pendiri Tempo, setelah diambil-alih dari pemilik sebelumnya.Kelompok Jawa Pos yang dikelola dan dibesarkan oleh Dahlan Iskan, kini belum tahu menentukan ke pada siapa
Baca Juga Link Terkait Konglomerasi Di Bawah Ini :
Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Intervensi Pemilik Media "Konglomerasi Media"
Bahaya Konglomerasi Media
Dampak Konglomerasi Media
Regulasi atau Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Degradasi Moral dan Televisi
Bahaya Televisi
Pengusaha yang mempunyai banyak media
Konglomerasi Media Rupert Murdoch
 Konglomerasi
Media adalah penggabungan perusahaan
media menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media.
Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan
media lain yang dianggap mempunyai visi yang  sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan
cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel
komunikasi dalam skala besar baik
intergrasi vertikal, intergasi
horisontal maupun kepemilikan
silang. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang.
Konglomerasi
Media adalah penggabungan perusahaan
media menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media.
Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan
media lain yang dianggap mempunyai visi yang  sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan
cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel
komunikasi dalam skala besar baik
intergrasi vertikal, intergasi
horisontal maupun kepemilikan
silang. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang.Baca Juga Link Terkait Konglomerasi Di Bawah Ini :
Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Intervensi Pemilik Media "Konglomerasi Media"
Bahaya Konglomerasi Media
Dampak Konglomerasi Media
Regulasi atau Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Degradasi Moral dan Televisi
Bahaya Televisi
Pengusaha yang mempunyai banyak media
Tuesday, February 6, 2018
Hiperrealita Media
Jean Baudrilland, seorang peneliti asal Prancis menyakini bahwa tanda-tanda memang terpisah dari objek yang mereka tandai dan bahwa media telah menggerakkan proses ini sehingga titik di mana tidak ada yang nyata. (littlejohn, 408:2009).
Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang tampil tidak mempunyai asal-usul yang jelas, tidak merujuk pada realitas yang sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui. Konsekuensinya, kata Baudrillard, kita hidup dalam apa yang disebutnya hiperrealitas (hyper-reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya tiruan dari tiruan, dan yang palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya (Sobur, 2006).
Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian menenggak sebutir pil multivitamin, seketika pria tersebut memiliki energi yang luar biasa, mampu mengerek sebuah truk, tentu hanya ‘mengada-ada’. Karena, mana mungkin hanya karena sebutir pil seseorang dapat berubah kuat luar biasa. Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan produk sebagai multivitamin yang memberi asupan energi tambahan untuk beraktiv
Kita tahu ada ISIS di timur tengah, ada perang di Israel, kelaparan di Asmat Papua, kasus pembegalan di mana-mana, Guru menganiaya muridnya, Murid membunuh gurunya, Mudid menantang kepala sekolahnya. Sebenarnya secara tidak langsung itu kita belajar cara bagaimana memandang dunia.
Apakah semua berita yang di suguhkan oleh media tersebut adalah realita dan fakta ? ya itu fakta tapi bukan realita sebenarnya itu adalah realita media, Fakta yang telah dipilah, dipilih, di sunting dan setelah benar2 dibumbui baru siarkan kepada khalayak. Apakah itu benar ? ya kebenaran yang menguntungkan mereka (media tersebut lebih Khusus pemilik media yang bersangkutan)
Kenyataan
Kita seringkali masih berfikir bahwa yang ditayangkan media itu benar dan nyata, terutama berita. Tetapi walaupun kita tahu bahwa iklan sering kali melebih lebihkan sesuatu, Film menayangkan sebuat sesuatu yang tidak nyata, bahkan kita tahu bahwa film kartun itu sesuatu benar-benar tidak nyata, tetapi anehnya seringkali kita percaya dan terjebak dalam realita palsu tersebut.
Semiotika Adalah
Bahaya televisi Bagi anak
Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Intervensi Pemilik Media "Konglomerasi Media"
Bahaya Konglomerasi Media
Dampak Konglomerasi Media
Regulasi atau Aturan Konglomerasi Media Di Indonesia
Degradasi Moral dan Televisi
Bahaya Televisi
Pengusaha yang mempunyai banyak media





 
 
 
 









